Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Demam Ice Bucket Challenge

Akhir-akhir ini pasti lagi sering denger istilah Ice Bucket Challenge itu lho yang nyiram diri sendiri pake air es. Hampir semua tokoh dunia ikut serta. Misalnya Bill Gates, Mark Zuckerberg, Justin Bieber, LeBron James. Artis papan atas Indonesia juga gak mau kalah. Kayak Bunga Citra Lestari, Julia Perez, Daniel Mananta, dan sederet nama beken lain. Sebenernya apa sih alasannya? Ternyata asal mula Ice Bucket Challenge adalah “ketika pada 30 Juni sebuah program TV Amerika, Golf Channel Morning Show, mengulas tentang fenomena media sosial dan kemudian melakukan Ice Bucket Challenge secara live. Segera setelah itu, pada 15 Juli seorang pegolf bernama Chris Kennedy melakukan tantangan yang sama dan menantang sepupunya Jeanette Senerchia dari Pelham, New York. Dan kebetulan suami Jeanette, Anthony, telah menderita ALS selama 11 tahun.   Sehari kemudian, Jeanette melakukan tantangan itu, sementara putrinya yang baru berusia 6 tahun memfilmkan aksinya di depan rumah mereka. Meski awalnya

Ignorant

status Facebook salah satu dosen... "Salah satu hal salah yang dilakukan orangtua: tidak mengenal teman-teman anaknya... . - tidak berusaha mengenal nama teman anak sendiri di Playgroup - tidak mengajak bicara teman SD anak ketika si teman bertandang ke rumah - tidak mengetahui rumah sahabat anak ketika SMP - tidak memberi telinga dan hati ketika anak sedang tertarik dengan lawan jenis di SMA -tidak turut membaca buku yang dibaca anak semasa kuliahnya Tau-tau...ketika si anak sudah dewasa.... - kok kamu kenal orang begituan dari mana sih? - dapat ide gila darimana kok mau pindah agama? Bla bla. Padahal ignorant parents mestinya bersyukur si anak gak terjerumus yang aneh2... karena si anak membesarkan dirinya sendiri...." dan emak saya melakukan semua hal di atas, lantaran saya memang introvert jadi jarang cerita kalo ga ditanya jadi emak jarang tau dengan siapa saya berkawan, dengan siapa saya jatuh cinta dan siapa yang mengantar saya pulang. say

Graduation Day

Hari ini beberapa temanku telah diwisuda. Kampus yang kemarin sepi hari ini mendadak jadi riuh ramai sekali. Saat saya datang di kampus, saya sendiri bingung karena sejujurnya saya tak tau akan menemui siapa. Tadinya saya telah janjian dengan teman, tapi smsku pun tak dibalasnya hingga aku pulang. Setelah prosesi di GSP selesai, mereka berbondong-bondong ke Fakultas masing-masing. Ada yang bercengkrama dengan keluarga, ada yang berkumpul dengan teman-teman mereka. Lantas sayapun berpikir jika saya diwisuda kelak, siapa yang akan menyambutku selepas wisuda? Sahabat? bahkan saya tak berpikir dia akan datang. Toh sayapun enggan mengabarinya. Biarlah dia mungkin tak perlu tau. Dan lagi selama ini tak pernah sekalipun saya menghadiri wisuda teman. Saya bisa merasa kebingungan di tengah keramaian. Saya mungkin akan tampak seperti orang tersesat. Lagipula belum pernah ada yang meminta saya untuk datang ke wisudanya. Hal ini yang mungkin membuat saya semakin bingung jika saya mendadak dat

Sahabat

Sahabat... Kata yang belakangan menjadi asing di telinga, Hanya karena keegoisan dan ketidakpedulian membuat kata sahabat tak lagi ada artinya.. Bersama dalam suka dan duka? Itu hanya di dongeng dan cerita novel., kenyataannya, sahabat itu lebih asik dengan dunianya. Bahkan sukanya pun tak terbagi. Kesibukan selalu menjadi alasan. Sesibuk apapun kamu, tak ada waktukah bagi sahabatmu? Hemm atau masih kah aku sahabatmu? Kata orang, sahabat itu yang bisa nemenin kamu belajar, ke kampus, dengerin cerita-cerita kamu, chating ga jelas sampe malem, curhat bareng, liburan bareng, nonton bareng, nemenin kamu nyari barang, nemenin belanja, ada disaat kamu tambah usia, setiap tahun kasih surprise ulang tahun,. Mungkin sahabat “ini” anti mainstream, bukan seperti yang orang kata. Okee.. Dulu emang ada yang nemenin jalan-jalan, nemenin makan siang, nemenin curhat sampe dini hari, tapi itu dulu, sebelum dia punya yang baru. Pas dia inget masih ada “aku”. Kalo mengikuti kata orang, saha

Kekurangan

kadang gw minder sama diri gw sendiri. gak tau yaa.. aneh aja. dari dulu juga gw gak pernah percaya diri. banyaklah jeleknya. dan gw selalu beranggapan mungkin "hanya gw yang kaya gini" nerd!. tapi pernah ga suatu ketika kmu juga nemuin orang yang sama anehnya dan nerdnya?? pas ketemu dia kamu ga bakal malu dengan semua keanehan kamu. karena kalian "sama". ya gitu, kalian tampak kaya orang nornal pas lagi jalan atau ngobrol meski orang tetep bilang aneh. kalian ga peduli. atau ketemu sama orang yang ga aneh, tapi dia mau nerima apapun diri kita. Gw kadang mikir egois, berharap orang lain mau nerima kekurangan gw. Tapi di satu sisi mungkin gw gak kepikiran kalo banyak orang lain yang kekurangan. Gw selalu beranggapan cuma gw yang banyak kekurangan. Padahal di luar sana jauh lebih banyak kekurangannya dari Gw. Kalo orang lain bisa nerima semua kekuranganku, mungkin aku juga harus berusaha nerima kekurangan mereka, apa latar belakangan mereka dan apa masa lalu

Move On

Akan ada saat kita melepaskan sesuatu yang dulu menjadi rutinitas kita. Bahkan menjadi hobby. Merelakan dan melepaskan sesuatu untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Akan ada saatnya aku di tahap dewasa dengan umur yang tak lagi muda. Saat-saat itu tentu tak bisa lagi memikirkan “main-main dan hiburan lain” sehingga melupakan tanggung jawab. Udah saatnya aku “ move on ” dan mulai berhenti untuk tidak lagi besikap kekanak-kanakan layaknya gadis ABG. Melepaskan segala sesuatu yang dulu sangat aku sukai. Berat si, tapi aku tau waktu ini akan tiba, dimana saatnya aku mulai beranjak dewasa. Udah bukan waktunya lagi aku cari perhatian dengan para pemain NBL, ikutan kuis agar dapat voucher, kaos, stiker, atau merchandise NBL lain. Udah bukan waktunya lari-larian ngejar pemain cuma pengen foto bareng, udah bukan waktunya nungguin mereka di GOR sampe malem atau nongkrongin di hotelnya. Di umurku yang sekarang, aku udah cukup “tua” untuk itu semua. Tapi sebagai perempuan tentu wajar jika