Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Pulang

Gambar
by: freepic “Dasar anak rumahan” “Gak pernah main ya” “hih pulang sebelum magrib ya” Kata-kata diatas udah sering kali terdengar. Tidak hanya sekali, bahkan puluhan kali. Yang mereka tidak tau adalah alasan kenapa saya selalu mengahbiskan waktu di rumah. Yang mereka tidak tau, saya punya pertimbangan mengapa saya memilih pulang sebelum malam menjemput pagi. Yang mereka tidak paham adalah tradisi di keluarga saya. Bahwa keluarga saya masih menganut paham, “anak perempuan gak baik keluar malem-malem.” Pintu pagar rumah yang akan sudah dikunci saat jam menunjukkan pukul 10 malam. Hal-hal seperti ini yang tidak semua mengerti. Mau dijelaskan? Percuma. Jadi saya terima saja jika ada berkata saya anak rumahan. Rumah. Tempat bersandar Tempat menjadi diri yang utuh Sampai saat ini saya belum punya alasan untuk pergi. Karena memang belum saatnya untuk pergi. Waktu ketika siap untuk membuat keputusan besar yang akan mengubah hidup selamanya. Sayap saya memang

Trying Perfectly With Imperfection

Gambar
credit by @amrazing Manusia kadang ingin semua serba sempurna,  padahal tidak ada yang benar-benar sempura di dunia ini. Ekspektasi selalu kalah oleh realita. Maka tak jarang tingkat stress selalu meningkat. Nah buat orang-orang yang gak siap, hal ini tentu melelahkan. Selalu berhadapan dengan hal yang tak terduga. Selalu. Dan yaa saya orang yang tidak siap dengan perubahan mendadak. Belom berkelurga dan menjadi ibu saja rasanya sudah melelahkan. Ingin rasanya mengambil waktu dan tak perduli dengan masalah rumah, masalah kantor, fokus menyelesaikan masalah diri sendiri. Semua dimulai dari diri. Memperbaiki benang yang kusut. Memperbaiki mood yang labil. Membersihakan hal-hal menyesakkan. Berteriak sekeras-kerasnya. Menangis. Luapkan semua emosi. Di rumah, ibu saya orang yang ingin melihat manusia ini sempurna. Tanpa pernah marah, kecewa, mengeluh, pokoknya harus gembira dan ceria. Hal yang sulit sekali dilakukan. Suasana dan otak sudah sungguhan jenuh. Jenuh dengan

Perkara Waktu

Gambar
Akhir-akhir ini beberapa teman sekitar sudah banyak yang dilamar. Sudah nemukan jodohnya. Kata orang menikah memang hanya perkara waktu.  Waktu ketika siap untuk berbagi ranjang dan selimut bersama.  Berbagi gayung dan peluh keringat setelah seharian bekerja.  Berbagi pinggiran pizza dan kulit ayam yang kamu sisakan.  Berbagi cangkir coklat panas kala hujan datang menyapa.  Berbagi apapun sepanjang sisa usia hingga keriput menua. Bukan hanya sekedar meminta Tuhan agar didekatkan. Tapi sungguhkan yakin ia yang akan kau liat wajahnya setiap hari?  Sungguhkan ia yang kau ingin titipkan masa depan bersama?  Sungguhkan ia yang akan kamu kecup keningnya dan kamu selipkan doa agar kelak kalian selalu bersama?  Sungguhkah ia layak untk jadi ayah dari anak dirahimmu?  Sungguhkah ia layak untuk membimbing ke jalan Tuhan dan mendapat keberkahan bersama  Sunggukah ia sanggup meredakan amarah dan sikap labilmu?  Sungguhkah ia

Chester Bennington

Gambar
Awalnya nama diatas begitu asing. Dan emang ga ngeh aja kalo dia nama vokalisnya Linkin Park. Hingga kemudian, Agustus kemarin dia meregang nyawa. Gak perlulah saya jelasin kenapa toh pastinya kalian udah pada tau juga. Emang yaa, setelah seseorang pergi, kadang kita malah baru sadar, dan baru ngeh betapa penting hidup dia. Dan justru setelah dia pergi saya malah kepo dan cari tau siapa dia ini, hingga pencarian berakhir di masa lalu dia yang gelap. Miris, sedih. Itulah yang membuat lagu-lagu yang dia ciptakan bernuansa berontak. Berteriak. Entah dia marah untuk diri sendiri atau untuk orang yang menyakiti dia. Dan setelah dia pergi, saya justru baru bener-bener mendengarkan albumnya dan mulai menghafal judulnya, karena emang saya gak pernah hafal lagu mancanegara padahal lagu-lagunya udah cukup sering diputar di radio. Bahkan beberapa hari setelah kepergiannya, Prambors hampir selalu memutar lagu Heavy setiap malam. Lagu yang menemai saya kala terbangun tengah malah unt

Mengubah Standar

Dulu saat masih bocah dan disuguhi tontonan sinetron Indonesia karena mamak -yang momong saya dan adik- demen sama opera sabun Indonesia. Pastinya udah gak asing sama Anjasmara, Primus Yustisio, Adam Jordan, Jeremy Thomas dkk. Bisa dibilang mungkin mereka sudah menjadi idola bocah yang belum mengenal “Laurier dengan sayapnya” eheheee. Yap. Buat anak seusia itu, patokan ganteng dan cakep adalah ukuran standar para bintang televisi ini. Beranjak masuk sekolah dasar, bintang idola kemudian bergesar ke Atalarik Syah, Teddy Shah dan Teuku Ryan. Hayoo ngaku deh. Pasti pernah juga kan ngidolain mereka. Hahahaaaaa. Pengidolaan ini juga berubah seiring perubahan bentuk badan. *gak perlulah dibahas mana aja yang berubah* #uhuk. Idola ini kemudian berlanjut ke idola yang lebih Internasional. ((((Internasional)))) saya tidak akan menyebut kata yang lagi trending yaaa. Sharkruk Khan adalah idola pertama dari luar Indonesia. Hahahaaaaa. Mungkin di masa itu, saya sedang mengalamai puber pertam

Rindu itu Memiliki Nama

Gambar
Ketika akhirnya adek memutuskan akan menempuh sekolah di Jepang, saya tidak mempersiapkan apa-apa. Tidak mempersiapkan emosi apapun. Hingga, sehari-dua hari dia pergi, di perjalanan pulang kantor, tiba-tiba saja pipi saya basah. Ternyata saya sudah merasa kangen. Kangen membawakan jagung manis kesukaannya, kangen membelikan bakso atau hanya sekedar kue leker yang dibeli di depan Pamella. Saya hanya belum terbiasa dengan ketidakhadirannya di rumah. Malam saat dia pergi pun entah kenapa saya gelisah. Baru kali itu saya merasa tidak bisa tidur. Hari berikutnya, Saya mulai terbiasa dengan kamar kosong di depan pintu samping rumah. Kamar yang tidak pernah lagi ada lampu menyala jika tidak ada orang yang masuk ke dalam. Kamar yang memang dibiarkan kosong. Hanya tinggal beberapa perabot seperti: tempat tidur, lemari dan kipas angin. Saya mulai terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendirian. Mengajarkan saya bahwa mengeluh akan membuat hidup semakin berat lagi. Bangun lebih pa

Bunuh Diri dan Kedamaian Sejati

Berturut – turut mendengar berita bunuh diri. Aku tidak ingin menyalahkan mengapa mereka melakukan hal itu. Tapi aku hanya mencoba melihat, mengapa akhirnya seseorang memilih mengakhiri hidupnya. Bagi sebagian orang dunia ini adalah segalanya. Bahkan tak jarang banyak orang yang dibutakan karenanya. Ada yang ingin hidup hingga 1000 tahun lagi. Tapi tak sedikit juga orang yang menanggap dunia ini bagai neraka. Padahal, tak pernah ada yang tau neraka itu seperti apa. Bagi mereka yang sering menjadi korban perundungan, bullying, dihina, dilecehkan, tak pernah diaggap, mereka berharap tak pernah dilahirkan jika hanya menjadi ‘sampah’. Masa sekolah bagi sebagian anak tak lagi menjadi masa yang mengasikkan. Bukan hanya di sekolah, tidak jarang, ada yang dibully oleh anggota keluarga. Iya. Anggota keluarga. Mungkin mereka hanya bisa diam. Tapi mereka tumbuh dalam rasa penolakan yang tidak pernah terpikir oleh yang lain. Rasa sakit yang dia simpan selama bertahun – tahun. Peneri

Tidak Ada Yang Perlu Dikhawatirkan

Gambar
Mungkin ada yang bertanya kenapa memposting tulisan yang kita bikin sendiri, [ life-must-go-on ,] dipost di blog sendiri butuh keberanian? Mengapa harus menunggu waktu? Mengapa ditunda-tunda? Karena isi tulisan bersifat pribadi, ada perang batin dan konsekuensi jika nanti akhirnya diketahui oleh umum. Menduga-guda tanggapan orang lain setelah mereka membaca. Karena bagiku, itu bukan tulisan biasa, itu tulisan kejujuran. Ada ketakutan jika aku jujur dan menulis itu, lalu orang yang membaca jadi berubah sikap, jadi tampak menyebalkan, atau malah aku dikasihai. Sungguh bukan itu yang aku mau. ------- Aku nulis blog bukan buat galau-galauan atau menye-menye. Bukan mau membuka aib atau keburukan. Aku hanya ingin berbagi cerita yang mungkin tak sempat aku ceritakan. Yang mungkin sulit untuk aku ceritakan secara langsung. Yap, mau bagaimanapun hal itu bagian dari diriku. Siapa tau, dengan orang membaca, mereka yang juga sedang mengalami, atau pernah merasakan tidak merasa sendi

Life Must Go On

Ada alasan terbesar kenapa memutuskan gabung jadi salah satu volunteer film Jepang yang kebetulan diputer di Indonesia.  Selain keluar dari zona nyaman juga pelarian.   Baru ini juga jadi volunteer acara film animasi dari Jepang. Hal yang sama sekali ga k aku pahami sejak awal. Tapi, Alhamdulillah bisa bertahan sejuah ini. Aku blas ga kenal orang-orang kecuali Myta yang ud a h kenal lebih dulu waktu magang. Seminggu sebelum gabung, bisa dibilang hidup ku kok surem. Ngerasa gagal, ga berguna, susah dapet kerjaan. Bahkan mikir, emang ada yang mau nerima ‘sampah’ kaya aku? Jujur aku kadang ga merasa pintar. Bodoh dan bermental lemah. Salah satu kekuatanku yang nulis. Sampah ini bukan dalam arti jahat atau kejam. Tapi sungguh kok ga berguna gitu lho. Ditolak hampir di 18 kantor/perusahaan. Sedih? Udah jangan tanya. Hidup kaya zombie. Mau cerita sama keluarga kok yaa memalukan. Karena keluarga termasuk orang sukses dan ga akan percaya hal kaya gini. Bahkan hubungan dengan keluarga te

Moon Cake (Pelengkap) Story

Gambar
Spoiler Alert Sebenernya alasan ku nonton M oon cake story itu kurang lebih adalah hanya ingin melihat mas Morgan saja. Huahahahahaaaaaa. *ditoyor berjamaah*. Soalnya aku terpikat pas di meranin karakter Max. Gak tau. Seneng aja. Kalo ngefans mah harusnya udah dari dulu aku ngikutin filmnya. Tapi ga ngefans yang gimana gitu, hanya seneng aja. *ehem*. Selain ini film dia yang aku tonton itu, "Asalamualaikum Beijing, Ngenest, Jilbab  Traveler, Melbourne Rewind sama kemarin barusan aku tonton.  Okeey lanjut, nanti Morgan makin GR lagi. Jadi Moon Cake ini cerita yang amaaaaaaaat sederhana. Kisah seorang pembuat kue bulan. Kalo aku bilang tanggung. Tanggung dramanya, tanggung klimaksnya, tanggung konfliknya. Ada beberapa kalo bisa lebih di maksimalkan, bakal keren sih. Pertemuan David dan Asih lalu menjadi dekat agaknya memang dibuat terburu-buru, mungkin karena durasi. Lantas semua jadi serba kebetulan saat hampir setiap lewat 3 in 1, selalu milih Asih.  Terus gak d