Jangan Lupa Bahagia
Dari dulu saya memang pelajar yang
biasa-biasa saja. Saya tak sanggup mengikuti pelajaran ilmu pasti yang
diajarkan di bangku sekolah formal. Bahkan untuk lulus SMA saja penuh drama. Nilai UN yang ada dijazahpun nyaris diambang batas.
Sangat tak layak dibanggakan. Bukan saja karena saya tak mau, tapi juga karena
saya tak bisa. Bebal. Kata-kata kalo dia bisa aku pasti bisa, sama
sekali ga ada di kamusku. Otak saya beda dengan yang rank 1. Kalo sekarang saya
disuruh mengerjakan MTK-Fisika. Saya mending menyerah. Saya bahkan sudah lupa
semua materi pelajaran IPA. Kecuali pengetahuan umum dan sejarah. Dari SD
memang udah darahnya IPS. Nasib berkata lain ternyata.
Saya tidak pernah sekalipun dipanggil guru
untuk mendapat penghargaan saat penerimaan rapor tiba. Sayapun kurang menyukai
berada di kelas untuk memecahkan masalah menggunakan rumus. Waktu yang paling
saya tunggu ketika sekolah hanyalah waktu istirahat dan waktu pulang.
Saya memilih menjadi pelajar santai. Datang
beberapa menit sebelum bel, keluar tepat setelah bel, main ke mall di tengah
mata pelajaran membosankan. Mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang tak
ada hubungannya dengan komunikasi. Nonton basket sampe malem hingga pagi
harinya tepar. Tapi tetap mengerjakan tugas dari dosen secapek apapun. Bukan mahasiswa
yang mengejar cum laude. Karena sekeras apapun saya berusaha, saat tetap tak
akan mendapatkan itu.
Saat ini jika melihat teman-teman pake
toga, lama-kelamaan hati ini tersiram jeruk nipis. Perih. Berapa besar rasa
malu jika harus bertemu keluarga besar? Rasa malu saat bertemu teman lama? Kalo
pun bisa cepat, bisa lebih dulu, sudah kukerahkan yang aku bisa. Tapi apa mau
dikata, banyak hambatan disana sini. Alhamdulillah ibu tau apa yang kualami, ia
tak protes mengapa aku belum juga bertoga. Maaf buk.
Tapi aku gak mau menyerah. Seluruh waktu
aku korbankan. Kalo yang lain sudah kerja, sudah magang, aku lebih memlih fokus
100% buat skripsi ini. Bolak-balik kampus-rumah yang jaraknya 3km. Buat ketemu dosen yang entah kapan datangnya. Belum
lagi kalo hujan, kalo macet dijalan ditengah kondisi cuaca yang sangat terik. Luarbiasa
melelahkan. Tapi akhirmya sebentar lagi itu usai.
Mungkin pintar secara akademis itu penting,
tapi ada yang lebih penting lagi..
Saya harus tumbuh menjadi anak yang bahagia, bebas
dan merdeka. Saya tidak boleh memiliki perasaan terkekang melihat keluarga
besar yang dokter dan dosen.
Saya harusnya tidak boleh terbebani oleh
puja puji orang-orang terhadap ibuk, pakde dan tante. Saya seharusnya menjadi
seorang anak yang merdeka. Saya harus menjadi anak yang tumbuh tanpa beban dan
bayang-bayang orang tua, seharusnya tak apa tak dianggap pintar, yang terpenting bukan seberapa pintar nilai di
atas kertas, tapi seberapa kaya kepala akan pengetahuan, hal umum juga
pemikiran berkembang.
Bukan nilai
di atas kertas yang akan menjadi penentu,
tapi bagaimana saya bisa bermanfaat bagi sekitar
Bagaimana saya bisa berdiri tegap tentang apa yang dipilihnya,
walau saya tak menjadi dosen kelak.
tapi bagaimana saya bisa bermanfaat bagi sekitar
Bagaimana saya bisa berdiri tegap tentang apa yang dipilihnya,
walau saya tak menjadi dosen kelak.
Intinya saya
harus bahagia. Apapun yang nanti saya pilih. Apapun jalan hidup saya meski tak
sama dengan kelurga besar. Tapi saya harus bahagia. Kadang sederhana, tapi jika
tak ada rasa bahagia, hidup ini serasa sia-sia tak ada arti.
Makasih falla
buat postingan blognya., maaf kalo aku ngutip sedikit. Salam hormatku untuk
keluarga kecilmu yaaaa.......
Gea... aku baca blogmu lagi dong, hehehe
BalasHapuskata anak-anak, kamu udah ngajuin sidang? berarti bulan ini kan? semangat, Ge!
jadi mhs akhir emang ribet banget ya. capek fisik, pikiran, batin, biaya jg. sedikit cerita, aku bisa bilang skripsiku gagal. aku sama sekali ga bangga dengan penelitianku. padahal udah bolak-balik jogja-jkt-jogja 2x, wawancara salah satu orang ternama di industri media indo, dan berujung aku cuma bisa kunjungan 2x dan ga berani dtg lagi sampai sempat punya pikiran beliau mem-blacklist aku karena aku minta data banyak sedangkan mereka ga ada waktu buat layanin aku. data amat minim tapi aku terus berusaha selesaiin. setelah sidang aku revisi banyak banget termasuk ganti metode. skripsi macam apa coba yang setelah sidang ganti metode?! di hari yg sama aku jg dapat kabar duka, ada 2 musibah lain yang dialami oleh keluargaku. I was at my lowest. parahnya, aku orangnya ga terbuka, semua dipendam sendiri. ga ada satu pun temen kampus yang aku ceritain gimana proses sidangnya atau apa-apa yg terjadi di hari itu di keesokan harinya sampai detik ini. tapi setelah baca tulisanmu, tiba-tiba pengen sharing aja.
kayanya tadi di awal bilang 'sedikit cerita' tapi kepada panjang bener tulisan gue -.-
Ya gitu sih intinya. aku bukan supporter yg baik, Ge, ga bisa merangkai kata-kata penyemangat atau apa. Cuma satu hal yang aku percaya. Kalo kata Chrisye, "badai pasti berlalu". kemarin itu badaiku, sekarang matahari udah terbit. sekarang itu badaimu, nanti matahari juga akan terbit. Kata sebagian orang "jangan mengutuk masa lalu" atau kaya judul lagunya Oasis "Dont look back in anger". Sama, itu semua ga mempan buat aku. Aku masih marah kalo inget-inget 'badai'ku. Tapi ya udah, nggak usah diungkit, nggak usah diinget. Hidup maju terus, kalo mau nengok ke masa lalu ya yang penting-penting aja.
Ge semoga tulisanmu jumlah karakternya lebih banyak dari komentarku ini yaa T__T Ampuun..
eh eh lupa! numpang ngiklan ya. Socialvirtues ini blog baruku tapi bukan blog pribadi alias blog buat publik. Yang pribadi masih yg tumblr kok hehe. Blog ini aku bikin sbg wadah sharing pengalaman para pengguna media sosial. belom ada postingan apa-apa sih selain postingan perkenalan, hehe. Tapi kalo mau tau lebih jelasnya dibaca dulu aja. Makasih, Ge. Aku capek ngetik
Thanks Meg, udh setia baca blog ku.heehee jadi terharu.
HapusBagiku sekarag udh kebal sama kata-kata semangat. Dalam diri sendiri aja kadang pengen nyerah...
Gak perlu jadi supporter meg, udah mau share ini aja aku udh seneng kok. :).
Makasih yaaa....
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKak, aku terharu bgt sama cerita kakak. Aku punya saudara yg bisa dibilang unggul dlm hal akademis. Aku selalu dibanding-bandingin dengan mereka, dan jujur sebagai manusia normal aku gak suka dengan perbandingan. Aku memang masih Maba kak, tp beban sudah mulai terasa. Memang orgtua aku gak pernah meminta aku untuk bisa cum laude, tp dia selalu cerita ttg bahagia menjadi orgtua jika punya anak yg berprestasi apalagi cum laude
BalasHapusHaii salam kenal, thanks udh mampir di blogku :)
HapusSemoga bisa membuat kamu lebih baik.,
Gak semua orang berprestasi pada bidang yang sama. Bisa aja prestasi ada tulisan yang kamu buat?
Semangat!
Bahagia itu pilihan hidup.
BalasHapusTerimakasih