Kedewasaan
Sebuah masa dimana sedang
matang-matangnya. Saat dimana masa depan dirancang, dipersiapkan dengan orang
tersayang. Yang kata sebagian orang paling pas membina keluarga baru.
Kadang kita gak sadar kita bukan anak kecil lagi. Bukan remaja yang masih berusia 15-17 tahun. Bukan bocah yang ngambek karena hal sepele. Tapi justru diumur-umur yang kritis tersebut nyatanya kita kadang masih berperilaku seperti bocah. Follow dan unfoll bisa menjadi masalah serius dan rumit. Padahal terus terang bisa saja hal ini karena masalah sepele.
Kedewasaan ternyata tidak semudah bayangan. Meski sudah melewati usia 20 saja rasanya belum juga mengerti kedewasaan itu. Menyimpan rapat masalah dan kesedihan tak semudah menyimpan kebahagiaan. Butuh usaha ekstra yang sangat luar biasa untuk tidak dengan mudah berbagi hal. Padahal kita ingin. Karena ada banyak hati yang harus dijaga. Banyak perasaan yang harus dimengerti.
Dewasa
Sebuah tahap bagaimana diri ini mempersiapkan
stok sabar yang luar biasa. Sabar dan ikhlas. Sabar akan takdir Tuhan. Ikhlas akan
setiap ujian yang diberikan. Begitu juga perubahan hubungan ketika beranjak
dewasa. Seseorang yang tadinya bersahabat karib sejak SD, bisa jadi rengang
karena waktu. Ternyata sebuah hubungan dengan manusia pun tidak ada yang abadi. Sebuah kutipan dari Kompas yang selalu
tertingat dan pernah ditulis di posting yang lama: “apabila seseorang
sudah tidak berminat pada relasi yang terbina selama ini, hendaknya kita terima
dengan besar hati dan upayakan diri tetap merasa nyaman, apakah kita saat ini
berjarak atau berdampingan dengan sahabat kita tersebut.”
“makna kelekatan persabahatan antara sahabat selama 7/8 tahun tidaklah sama. Jadi bisa saja salah satu pihak melepaskan diri dari kelekatan tersebut tanpa merasakan penghayatan perasaan yang berarti. Kita tidak perlu bersusah payah mencari jalan agar persahabatan berjalan sepanjang masa. Teman yang baik bisa saja dengan mudah menjauhkan diri, kehilangan minat untuk terus menerus berkawan dengan kita atau menemukan orang lain yang dirasakan lebih mengasyikkan baginya.”
“Dengan perpisahan, kita harus terima dengan jiwa besar karena setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih teman dekat, memastikan bahwa perasaan positif mereka terhadap kita bisa saja tiba-tiba hilang. Kita tidak selalu bisa mendapatkan jenis persahabatan yang setia selamanya semacam itu. Perubahan dan ketidakpermanenan adalah bagian dari setiap interelasi, kita tidak dapat menghentikan jalannya waktu, walaupun kita kerahkan sekuat tenaga.”
Dari sekian banyak teman yang saya kenal, hanya beberapa yang mau bertahan. Hanya beberapa yang masih mau terus berhubungan. Mereka bisa saja pergi kalo mereka mau. Pergi tanpa pamit. Tapi ada juga beberapa yang memilih tetap tinggal. Entah sampai kapan. Terimakasih bagi yang sudah memilih tetap tinggal
Tuhan selalu punya cara mendekatkan seseorang dan dengan mudahnya menjauhkan seseorang. Yang kita lakukan sebagai orang yang beranjak dewasa hanya bisa pasrah. Bersyukurlah masih memiliki keluraga yang masih setia memelukmu sebrengsek apapun kamu. Harusnya itu yang paling disyukuri diusia yang dewasa ini.
Komentar
Posting Komentar