Kesendirian
Kata orang sendiri itu
sepi. Gak ada teman. Iya memang tapi sendiri bagi aku adalah mandiri,
kebebasan. Kemana saja tanpa perlu merepotkan orang lain dengan, kecuali kalau
bener-benar malas, dan memang ada orang yang mengajak pergi. Sejauh aku bisa
sendiri, dan aku mampu aku tidak akan meminta bantuan orang lain. Kalau merasa
benar-benar terdesak aku bisa naik bis. Ada
rasa sungkan jika aku meminta tumpangan. Selama ini aku tidak pernah memminta
untuk diteminin beli ini-itu, anterin ke ini-itu kecuali dengan kelurga. Aku
merasa gak enak dan merepotkan orang lain. Belum lagi aku merasa seolah tidak
bebas. Misal dalam suatu Mall, kita ingin perpindah dari satu toko ke toko yang
lain tapi teman kita belum ingin beranjak, ada sesuatu dari diri kita yang
secara tidak wajib harus memberitahu. Belum lagi nanti jika ingin ke kamar
mandi, jika ingin makan, ingin jajan. Ada rasa sungkan. Well ya kalian mungkin tertawa. Tapi memang selama ini belum pernah ada yang mengajak ku berdua ke
Mall seperti remaja umumnya, ya kalian tau lah maksudku apa.
Bebas. Ya aku bebas
kesana kemari tanpa perlu rasa sungkan. Tanpa perlu keluhan dari pihak ini-itu.
Aku bebas bola-balik tanpa ada yang merasa jengah. Mungkin bagi sebagian orang
aku aneh. Kemana-mana sendiri. Tapi bagi aku itu adalah saat yang menyenangkan.
Sudah berapa kali aku nonton bioskop sendiri? Banyak. Berapa kali muterin Mall
sendiri? Sering. Hahahaaa itulah aku. Kalau kalian bertanya mengapa tidak
mengajak teman? Repot, urusan panjang. Pertama, janjian dulu. Kedua kalau teman
tadi mau diajak, dia punya waktu. Kalau tidak yaa sudah pergi sendiri tidak
pernah jadi masalah. Asal kalian tau. Aku sudah terbiasa mandiri sejak ...
entah sejak kapan. Tapi aku tetap lebih nyaman sendiri, terlepas jika memang
ada yang mengajak aku juga tidak menolak.
Gak tau, tapi mungkin
karna itulah aku bentah sendiri atau memang orang alergi pergi dengan ku. Hahaa
aku termasuk tertutup jika tiba-tiba ada orang mengajak pergi, sekali itu teman
kuliah, tapi jika aku tidak terlalu dekat, tidak terlalu akrab, mungkin jadi
terasa garing. Sungkan. Tapi kenapa hal itu mendadak berbeda pergi dengan
kenalan baru? Kenalan yang sama-sama suka basket? Itulah amazingnya basket. Aku
seperti menemukan kelurga. Suadara jauh. Atau bahkan sama saudara sendiri tidak
seakrab itu? Ya aku aneh ya? Sulit ditebak. Aku hanya akan berbicara, ngomong,
cerewat jika berada ditengah-tengah orang yang aku merasa nyaman. Jujur saja,
tidak semua teman kuliah aku merasa nyaman. Ada jarak. Ada perbedaan. Aku
kikuk. Aku gak tau harus bicara apa, berbuat apa. Yah, aku tidak nyaman. Itu
salah satu alasan terbesar kenapa aku tidak pernah mau ikut acara kampus dengan
teman kuliah atau kakak angkatan yang bikin acara. Persetan aku tidak kenal.
Toh selama ini juga aku memang tidak terkenal. Siapa? Yang mana sih orangnya?
Jarang dateng acara ya? Pantesan. Aku kikuk dengan gaya bercanda meraka yang
seolah ingin melucu tapi JAYUS. Aneh apa-an sih NORAK. Tidak sepadan dengan
gaya bercanda ku. Aku gak peduli mereka mau bilang aku nyebelin, gak bisa
diajak guyon (bercanda), gak asik, mau bilang aku pendiem, bilang kalau aku
kaku? Terserah! Aku bisa temukan yang jauh mau menerima aku. Mau menghargai.
Tau apa yang aku pikirkan.
Saat pelajaran
Psikologi Komunikasi, ada permainan kecil, tentang sifat-sifat teman-temanku.
Baru saat itu aku sadari ada teman yang mengatakan aku nyebelin karena
kekhilafan masa lalu. Saat itu masi semester 3, dan dia masih membekas bahwa
aku begitu menyebalkan? Separah itu kah aku? Hanya gara-gara aku hetic saat
tugas wawancara dan narasumber tidak segera memberi kabar, salah kah aku jika
sedikit panik? Apalagi itu menjelang deadline? Jujur aku merasa sakit. Plis itu
udah semester 3, kenapa pula masih dibawa sampai sekarang? Entah kenapa tapi
padangaan ku terhadap teman ku ini jadi berubah, aku sedikit jaga jarak. Aku
tidak mau lagi-lagi dia mengatakan aku nyebelin. Di satu sisi, teman yang lain
saat permainan itu ada yang mengatakan aku baik. Hanya itu yang sepat dia
pikirkan tentang aku. Well thanks ya.
Aku merasa berharga. Di satu pihak saat ditanyakan siapa yang kalem, pemalu,
itu tidak lagi terarah pada ku, malah, salah satu teman menolak dan mengatakan
itu bukan aku, dan dia terlihat menenntang. Sekali lagi terimakasih. Aku sedang
bermetamorfosis menjadi identitas yang baru. Mungkin hal berbeda jika aku
berkumpul dengan teman kuliah yang lain, atau teman SMP dan SMA yang sama
sekali tidak mengenal aku dengan baik, tapi kadang sok tau. Aku sakit.
Selamat berbagi
kepingan cerita dengan ku J
Makasih yang udah mau
baca.
Komentar
Posting Komentar