Mengubah Standar

Dulu saat masih bocah dan disuguhi tontonan sinetron Indonesia karena mamak -yang momong saya dan adik- demen sama opera sabun Indonesia. Pastinya udah gak asing sama Anjasmara, Primus Yustisio, Adam Jordan, Jeremy Thomas dkk. Bisa dibilang mungkin mereka sudah menjadi idola bocah yang belum mengenal “Laurier dengan sayapnya” eheheee. Yap. Buat anak seusia itu, patokan ganteng dan cakep adalah ukuran standar para bintang televisi ini. Beranjak masuk sekolah dasar, bintang idola kemudian bergesar ke Atalarik Syah, Teddy Shah dan Teuku Ryan. Hayoo ngaku deh. Pasti pernah juga kan ngidolain mereka. Hahahaaaaa.


Pengidolaan ini juga berubah seiring perubahan bentuk badan. *gak perlulah dibahas mana aja yang berubah* #uhuk. Idola ini kemudian berlanjut ke idola yang lebih Internasional. ((((Internasional)))) saya tidak akan menyebut kata yang lagi trending yaaa. Sharkruk Khan adalah idola pertama dari luar Indonesia. Hahahaaaaa. Mungkin di masa itu, saya sedang mengalamai puber pertama. Bahkan sampe niat beli majalah Bollywood yang isinya bintang-bintang India. Seingat saya. Bahkan majalah itu saya pelukin dan menemani saya hingga terlelap hingga keesokan paginya. Bahkan ga ngaruh juga sih dengan tidurnya. Cuma emang lagi norak aja jaman itu. Saking gilanya pengen les nari India kaya di film. :”).



Yok mari kita tinggalkan India. Kisah berlanjut ke Taiwan! Yap. Memasuki SMP, masa di mana drama Asia Timur masuk Indonesia. Kalo kalian nonton At The Dolpin Bay, Westside Story dan Twins (100% Senorita) selamat kita seumuran. *halah*. Drama Taiwan ini bersaing dengan telenovela yang kala itu juga sedang laris manis. Betty La Fea, Carita de Angel dan drama yang fenomenal, AMIGOS. XD. Rafael, Renata, Bella, Santiago, Pedro menemani hari-hari remaja yang baru mengenal apa itu Cinta. #eaaaaaaaa.
 -
 -
 -
Karena menonton tontonan macam ini, standar cowok idmaman pun atau cowok yang disukai yaitu: tinggi, putih, good looking, bentuk atletis. Baik, romantis, bisa bikin nyaman dan humoris menjadi nomor kesekian. Kala itu, menyebut kriteria itu tidak perlu berpikir panjang. Tapi sekarang? :)


Tinggi, putih, good looking, bentuk atletis, sudah tidak lagi menjadi kriteria utama. Baik, romantis, bisa bikin nyaman dan humoris adalah poin paling krusial dalam menyukai seseorang. Realitanya, kata-kata diatas belum tentu melirik kita. Maka yang paling logis adalah, “udahlah siapa aja yang mau nerima  saya apa adanya” perkara tinggi, putih dll nanti dipikir. Karena mencari yang mau saja sudah sulit apalagi berharap yang  tinggi, putih, good looking, bentuk atletis ini mau. *curhat*.



Apakah dilema ini juga kalian alami? Alhamdulillah saya ga sendirian dong.




Semakin tua, standar pasti akan berubah lagi dan lagi. Mungkin tak perlu humoris, tapi mapan finansial menjadi kriteria penting saat ini. *ehem*. Mencoba realistis dan tidak halu, saya bisa yakin dan akan mantap menjawab “iya” bahwa kedepan, saya tak perlu pusing jika ada tagihan. Perkara dibayar nyicil atau kredit itu bisa diatur. Tapi apakah saya masih memikirkan dia harus tinggi dan putih? Tentu tidak. :”. Memangnya tiang bendera 17 Agustus tinggi dan putih?? Begitulah. Kadang suka kepikir. Lha kok saya bisa sejatuh cinta ini sama dia yang jauh sekali kriterianya dengan saya? Tapi yaaa namanya hati, dia hanya tau nyaman, aman, dan bahagia. Muka mirip Andika Kangen Band termaafkan. Ehehehheeeeeee.





Sesungguhnya saya sudah lupa rasanya jatuh cinta dan patah hati paling sakit itu seperti apa. Saking belum ada lagi yang membuat dunia saya jungkir balik dan nangis diam-diam. Belum ada lagi yang membuat saya salting dan bingung harus bersikap seperti apa di depan dia yang sudah membuat saya merasakan jatuh dan patah disaat bersamaan.




Saat itu tidak ada kisah penting atau spesial yang layak diceritakan sih. Tapi juga ga mudah juga buat saya lupakan. *uhuk*  




Parahnya, hingga saat ini masih ada nama yang sama. Yang sudah bertahun-tahun disana. Saya pun gak punya alasan mengapa nama itu harus dihapuskan. Lebih tepatnya, saat ini saya belum punya alasan. Entah nanti jika memang akhirnya dia telah memilih yang lain dan sudah tercatat agama dan negara, saya bisa mengahapusnya dengan ikhlas. *ehem*. Sok-sok banget ikhlas. Padahal mungkin saya akan uring-uringan. Hahaha



Kenapa malah curhat yaa? Mungkin emang saya sedang ingin sekali curhat, Cuma ga punya temen curhat. Nah, buat kalian yang ga sengaja baca ini, selamat, kalian sudah menjadi temen curhat saya *halah*


Aahh uwes aaaah, maafkan jika tulisan ini tak ada faedahnya dan sudah membuang waktu 5 menit kalian yang berharga....



Komentar