Alhamdulillah Wisyudah

Alhamdulillah, akhirnya lulus, resmi di wisuda juga. :”). Apa yaaa, gak bisa digambarkan. Campur aduk. Beban ibu akhirnya berkurang satu heheee.


Beberapa bulan lalu, mungkin gak terbayang bagaimana bisa berdiri diantara ribuan orang di GSP. Gak terbayang kalo saya kuat menghadapai badai. Ternyata saya sanggup bertahan. Meski jujur kata menyerah sering kali saya keluhkan. Kata menyerah selalu hadir kala raga ini, batin ini, rasanya tak sanggup bertahan lebih lama. Perjalanan yang panjang itu akhirnya terbayar lunas hanya dalam sehari. Perjalanan penuh tangis, penuh amarah, penuh drama pada akhirnya terbayarkan oleh kesabaran, kuatnya bertahan, pelukan orang tersayang, dukungan handai taulan. Perjalanan yang panjang dan melelahkan pada akhirnya sampai juga pada tujuan yang sesungguhnya, “Finish Line”. Tapi apa guna hanya hadir saat Finish Line namun tak menemani kala sedang berjuang. Tak menemani selama di perjalanan? Justru yang akan selalu diingat adalah seseorang yang selalu hadir, selalu ada menemani dalam perjalanan. Itu sesungguhnya akan jauh lebih membekas dan sangat berkesan di kemudian hari. Bukan siapa yang diingat ketika sampai garis finis, tetapi yang diingat adalah, bersama siapa ketika sedang sama-sama berjuang, siapa yang ada kala menyerah itu datang dan butuh sandaran?


Yaaa mungkin lagi-lagi saya yang egois. Yang selalu meminta tapi tak pernah memberi. Tapi toh selama ini, kami masing-masing juga tak saling sapa, tak saling bertukar kabar, tak saling menceritakan masalah masing-masing atau sekedar menanyakan kesibukan.


Saya bukan tipe yang memaksa atau pandai mendesak orang untuk bercerita, kalo memng saya diperbolehkan mendengarkan, saya akan dengar, tapi saya tidak punya hak untuk memaksa. Saya pun sekarang tidak seterbuka dulu lagi jika mempunyai masalah. Saya sekarang cenderung menutup rapat. Biarlah hanya saya yang merasakan. Saya malas untuk terbuka lagi dn kemudian sakid hati lagi. Saya juga malasa untuk curhat atau mengumbar apapun di sosial media. Entahlah, saya pikir itu semu. Seminggu dua minggu seneng, tapi kemudiaan, yaaa hidup ini terus berputar. Postingan hanya sebuah postingan, tidak bisa membawa kebahagian selamanya. Hanya sebentar.  


Saya tidak perlu harus koar-kora, harus memberi pengumuman atas apa yang terjadi kan? Biarlah mereka tau dengan sendirinya. Seperti ketika saya pun harus tau dengan sendirinya di media sosial, tanpa ada sepatah katapun keluar darinya memberitahu.


Meski saya terlahir dari keluarga yang tidak utuh. Tetapi saya tidak malu, saya cuek saja. Saya tidak perlu mencari-cari perhatian agar disayang atau dikasihain. Tidak. Saya gak butuh. Saya tak perlu menegak alkohol atau obat-obatan hanya untuk pelarian. Saya sudah sangat bersyukur mempunyai sosok ibu yang selalu menguatkan ditengah badai, mempunyai sosok adik yang siap membantu dan menemani. Wisuda ini untuk kalian keluargaku. Meski "broken home" aku tidak seperti anak lain yang nakal. Aku buktikan bahwa aku bisa membuat kalian bangga. Itulah salah satu motivasi terbesar aku menyandang sarjana ini. Senyum kalian sudah cukup buatku. Kasih sayang kalian tak mampu ku balas. Hanya ini yang sanggup aku berikan. 


Thank u mom, thank my sister, I love u so much!! 

Komentar