Buku

Buku adalah temanku. Lebih tepatnya buku bacaan. Aku mengenalnya sejak aku bisa membaca. Dari mulai buku bergambar hingga buku yang tidak ada gambarnya. Buku itu temanku. Ia sahabat setia. Ia tidak pernah marah meski aku sering membacanya berulang kali. Ia selalu setia dan siap ada di rak bila aku butuh motivasi. Dari buku aku mulai mengenal banyak hal, dari buku teenlit yang isinya anak SMA, Suka, jadian, putus, dan segala kisahnya. Begitu aku beranjak dewasa, hidup dan realita tidak ada yang seindah novel teenlit. Kadang hidup tidak harus selalu berakhir happy ending. Tidak semua orang suka dan mau merima kita. Sadar atau tidak teenlit hanya menjual mimpi remaja yang ingin punya pacar cakep, baik, pinter, jago olahraga, selalu juara dan segala kesempurnaannya. Itulah novel teenlit, dulu aku kira, masa SMA bakal kayak teenlit, ternyata enggak. Masa SMA adalah masa paling indah enggak ada dalam kamusku. SMA itu lempeng2 aja. Biasa aja. Enggak bakal ada sosok kayak gitu di dunia nyata.

Lalu aku tumbuh, bermetamorfosis. Jujur aja masa SMP aku udah baca novel yang isinya anak SMA. Banyak banget... dan hampir semua isinya beragam. Aku bersyukur aku udah baca novel itu sejak SMP meski belum saatnya. Tapi kalo dipikir sekarang, itu sangat ada untungnya. Masa SMA aku belajar untuk tidak terbuai dengan mimpi remaja yang hanya ilusi. Aku mulai untuk membaca karya yang lebih berbobot. Lebih memaknai hidup, lebih kritis, sarat motivasi, bukan menjual mimpi dan ilusi.Karya Andrea Hirata satu persatu mulai aku baca, karya Raditya Dika, Dewi Lestari, dan aku sekarang mulai mengakui buku Melani Subono, gak kalah keren dari pendahulunya. Kekuatan kata-katanya amazing, kita jadi mulai berpikir tentang kehidupan dan segala isinya. Mulai terbuka. Bangun dari realitas mimpi yang gak ada habisnya. 
Mulai mengapai mimpi dan mewujudkan mimpi, sekecil apapun itu. Mimpi adalah berharga. Sama seperti buku. 

Lain kali pengan baca bukunya Ayu Utami, Sitta Kirana, Djenar Maesa Ayu, buku-buku yang membuat kita dewasa dan berpikiran terbuka tidak hanya melulu cinta. Mungkin rasanya terlambat bila baru kali ini aku kagum dan malah salut tentang karya Supernova Dee Lestari kata-kata dahsyat, luarbiasa. terlalu genius. Penggabungan antara sains dan kisah (fiksi) menjadi cerita yang sayang untuk tidak dibaca. 
Karena aku memang orang yang suka puitis, hiperbola jadi Supernova buka sesuatu hal yang membosankan. malah seru. 

itu aja pendapat ku tentang buku, sampai jumpa lagii.
makasih yg udh mau berbagi.

Komentar